Blogger Templates

Minggu, 06 November 2011

PRODUSEN BENIH KESULITAN PASAR

Investasi Masih Prospektif
JAKARTA, KOMPAS- para produsen benih skala kecil yang tersebar disejumlah daerah sentra produksi beras mengeluhkan keterbatasan akses pasar benih bersertifikat. Mereka berharap alokasi anggaran subsidi benih ditingkatkan.
                Menurut Nurcholis, produsen benih yang tergabung dalam Kelompok Tani Ngudi Luhur di kecamatan Penawang, kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, dia kesulitan memasarkan benih bersertifikat produksi  penangkar produsen. Apalagi dengan meningkatnya Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU).
                “petani sudah mendapatkan BLBU sehingga tidak lagi mendapatkan benih mereka,” kata Nurcholis, Mingggu (23/10), saat dihubungi di purwodadi, grobogan, Kelompok Tani Ngudi Luhur sejak lima tahun memproduksi dan menjual benih sendiri kepasar.
                Saat ini, produksi benihnya tiap tahun musim produksi 5,5 ton, dengan areal produksi 10 hektar. Belum lagi adanya program subsidi benih lewat sekolah lapang iklim dan pengelolaan tanaman terpadu.
                Nucholis dan produsen benih skala kecil lainnya, yang sebagia besar petani penangkar, berharap pemerintah lebih banyak mengalokasikan subsidi benih dalam bentuk subsidi harga. Sebab, hal itu akan memberikan peluang pasar lebih besar. Saat ini Nurcholis memproduksi benih padi unggul varietas inpari 13. Dia mengaku bersyukur meski pasar benih tergerus, dia masih bisa bekerja keras dengan produsen benih BUMN seperti PT Pertani. Banyak produsen lain yang tidak bisa mendapatkan itu.
                Romli, pengurus koperasi penangkar produsen di indramayu, jawa barat, mengharapkan adanya perluasan akses pasar benih. Koperasinya saat ini memproduksi benih unggul bersertifikat merek parikesit.
                Koperasinya mengelola lahan produksi sekitar 70 hektar, dengan produksi benih pertahun sekitar 400 ton. Dari jumlah itu sebanyak 350 ton dijual ke PT Pertani, sedangkan 50 ton dijual langsung ke pasar.
                “kami tahun 2011 ini hanya menjual kerja sama benih dengan PT pertain pada panen musim rending. Kalau musim gadu tidak masuk, karena harganya lebih rendah dari harga gabah dipasar yang sudah tinggi,”katanya.
                Koperasinya saat ini memproduksi benih merek Parikesit. Varietas benih yang dikembangkan,antara lain, Mengkongga, Inpari 13, Inpari 10, dan Inpari 1, serta Ciherang. Romli berani menjamin kualitas benih produksinya bersaing dengan benih produksi BUMN seperti PT Pertani dan PT Sang Hyang Seri.
                Menteri Pertanian Suswono mwngatakan, investasi di sektor perbenihan, khususnya benih tanaman pangan, sangat prospektif. Hingga saat ini, baru 50% kemampuan industry benih dalam negri memasok kebutuhan benih varietas unggul.
                Pada tahun 2014, kebutuhan benih padi diproyeksikan 349.000 ton,jagung 92.000 ton, dan kedelai 73.000 ton.
                “hingga sekarang, kebutuhan benih bermutu belum sepenuhnya bisa dipasok dari domestic. Baru separuh dari kebutuhan,”katanya

Sumber : Koran Kompas

Tidak ada komentar:

Posting Komentar